Sabtu, 21 Mei 2016

Mengenal Tradisi Bau Nyale di Lombok yang Berawal dari Kisah Putri Mandalika

Bermacam-macam tradisi, suku bangsa, bahasa, dan budaya  banyak tersebar di  Indonesia ini. Salah satunya tradisi yang dimiliki suku sasak di  Lombok, tradisi  Bau Nyale ini salah satu tradisi yang masih di pertahankan sampai saat ini bahkan dijadikan festival tahunan untuk menarik wisatawan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat sekitar yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok Timur seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru. Selain itu  juga diadakan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya. Tradisi ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya, dan sudah dilakukan sejak dulu, sejak sebelum abad 16, tidak diketahui kapan tepatnya, dan tradisi ini juga di lakukan secara turun temurun.

Tradisi Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak yaitu, dalam bahasa Sasak, Bau yang memiliki arti menangkap sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi bisa diartikan, tradisi ini adalah kegiatan menangkap nyale yang ada di laut. Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini adalah termasuk dalam filum Annelida. Nyale atau cacing ini hidup di dalam lubang-lubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Aneh dan uniknya, cacing-cacing nyale ini hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun. Tradisi kegiatan menangkap Nyale ini dihubung – hubungkan dengan kebudayaan setempat. Tradisi ini berasal dari cerita rakyat setempat yang melatarbelakangi tentang kisah Putri Mandalika. Konon, dulunya menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Putri Mandalika ini dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekertinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepada putri Mandalika, dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri Mandalika bingung untuk menentukan pilihannya. Jika Putri Mandalika memilih salah satu dari mereka, ia takut jika terjadi peperangan maka rakyat menjadi korban.

tradisi-bau-nyale-di-lombok
summber gambar: www.wisatadilombok.com
Putri Mandalika yang baik hati ini tidak ingin terjadi peperangan dan rakyat sebagai korban, maka ia memutuskan untuk mengorbankan dirinya sendiri, dengan menyeburkan dirinya sendiri ke laut, dan sebelum ia menyeburkan dirinya ke laut dan ia mengatakan akan kembali suatu hari nanti. Dan setelah ia menyeburkan diri ke laut, rambutnya yang panjang itu berubah seperti cacing nyale. Oleh sebab itulah masyarakat disini percaya bahwa cacing nyale bukanlah sekedar cacing laut biasa, tetapi mereka juga percaya nyale ini bisa kesejahteraan bagi siapa yang menangkapnya. Masyarakat di sini sangat meghormati dan mempercayai tradisi Bau Nyale ini, dan mereka juga percaya jika ada orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan atau kesengasaraan. Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian mereka lebih subur dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Selain itu, nyale juga bisa digunakan untuk lauk pauk masyarakat sekitar, cacing nyale disini juga bisa kita gunakan sebagai obat dan keperluan lain yang bersifat magis. Namun semua ini hanyalah tradisi dan kepercayaan dari masyarakat sekitar saja.
tradisi-bau-nyale-di-lombok1
sumber gambar: www.gurusahaja.com
Tradisi Bau Nyale dilakukan dua kali dalam setahun, Tradisi ini biasanya dilakukan jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan cacing nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale dari laut dan waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga masih dibagi lagi menjadi jelo pemboyak dan jelo tumpah. Dilihat dari bulan keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale tunggak merupakan nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh sedangkan nyale poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat sekitar biasanya menangkap Nyale – nyale ini pada saat menjelang subuh. Selain kita bisa menikmati keindahan wisata pantai di Lombok, tentunya kita juga bisa melihat tradisi – tradisi yang masih di jalankan oleh masyarakat sekitar. Tak hanya itu saja, di dalam tradisi ini kita juga bisa mendapat pelajaran dengan menangkap Nyale bersama-sama kita bisa saling lebih mengenal dan saling rukun antar warganya.

Nah, itulah sekilas tradisi bau nyale yang ada di lombok. Tradisi unik ini adalah bukti bahwa Indonesia  sarat makna. mungkin dari kalian ada yang percaya atau tidak percaya, tapi setidaknya mengenal dan mempelajari tradisi akan menjadikanmu pribadi yang kaya akan wawasan.

Sumber: http://www.telusurindonesia.com/mengenal-tradisi-bau-nyale-di-lombok-yang-berawal-dari-kisah-putri-mandalika.html#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar