WISATA LOMBOK - Desa Sukerare merupakan desa penghasil kerajinan tenun songket Lombok
yang terkenal. Lokasinya berada di luar jalur jalan negara, Kecamatan
Jonggot, Lombok Tengah. Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh
menggunakan angkutan umum dari Bertais ke Praya dan turun ketika
menjelang sampai di Puyung. Kemudian dapat dilanjutkan dengan memakai
jasa ojek menuju Sukarara.
Desa
ini berjarak sekitar 25 km dari kota Mataram. Disarankan, bila
berkunjung ke desa ini sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau
sewaan, mengingat angkutan umum yang jarang untuk ditemui.
Seperti dikenal sebelumnya bahwa Sukarara adalah sentra penghasil songket terbesar di Lombok.
Hal ini sudah menjadi bagian dari komoditi hingga merambah pasaran luar
negeri. Tenun songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik
menambah benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna
emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan itu disisipkan di antara benang
lusi. Terkadang hiasan dapat berupa manik-manik, kerang, maupun uang
logam.
Kain Tenun Songket Sasak Lombok (c) pasocamino.blogspot.com |
Setibanya di Sukarara, maka
pengunjung akan langsung disambut oleh kaum perempuan berpakaian adat
Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam
menenun. Beberapa toko biasanya menyuguhkan tontonan teknik-teknik menenun kain songket,
hal tersebut dapat langsung dilihat oleh para pengunjung.
Teknik-teknik tersebut merupakan teknik tradisional sederhana yang
masih dilakukan oleh pengrajin, yakni mulai dari mengolah benang
(menggunakan pemberat yang diputar-putar dengan jari-jari tangan,
pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu), hingga
menjadi selembar kain yang berwarna warni. Pengunjung yang berminat pun
dapat turut serta mencoba menenun seperti perempuan-perempuan sasak
itu.
Kain Songket ini dipakai
sebagai bagian dari pakaian tradisional suku Sasak yang bernama Baju
Lambung (baju wanita), baju adat khas Lombok dengan motif hitam polos
dengan variasi bawahan yang beragam, biasanya berbentuk selendang, ikat
pinggang atau aksesoris lainnya. Sedangkan untuk yang pria biasanya
menggunakan songket sebagai bawahan (pasangan baju adat Tegodek
Nongkeq) yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dipandang. dan
Lihat saja gambar dibawah ini, cantik banget kan kalau baju Lambung
dipadukan dengan Kain Songket ini??
Kain tenun rata-rata dikerjakan di rumah (home industry).
Hampir setiap rumah memiliki alat tenunnya sendiri. Namun, profesi
penenun hanya dilakoni oleh kaum perempuannya saja, sedangkan para pria
bekerja sebagai petani di sawah. Ada tradisi unik terkait songket ini,
kaum perempuan yang ingin menikah diwajibkan untuk memberikan kain
tenun buatannya sendiri kepada pasangan. Apabila belum mampu membuat
tenun songket, maka perempuan tersebut belum boleh menikah. Namun, bila
nekat ingin menikah juga, maka perempuan tersebut akan dikenakan
denda. Denda dapat berupa uang maupun hasil panen padi.
Baju adat Lambung dengan kombinasi Selendang Songket (c) fotografindo.com |
Kain Tenun Songket Sasak Lombok (c) ninanulis.wordpress.com |
Baju adat Lambung Dipadukan dengan Kain Tenun Songket saat Nyongkolan (c) uazmiyati.wordpress.com |
Baju adat Lambung dengan Sabuk Songket (c) www.facebook.com |
Kain tenun songket dipadukan dengan baju adat tgodek Nungkeq (c) berita.lombokonline.co.id |
Motif-motif songket yang ditawarkan
pun sangat beragam, antara lain motif ayam, motif kembang delapan,
motif kembang empat, motif begambar tokek yang merupakan simbol
keberuntungan, motif pakerot yang berbentuk horizontal, motif trudak yang berwarna violet, dan masih banyak lagi. Masing-masing motif memiliki maknanya sendiri-sendiri.
Untuk menenun satu kain Songket
diperlukan minimal satu minggu untuk motif yang sederhana. Semakin
rumit motifnya semakin lama waktu yang diperlukan, bisa sampai
berbulan-bulan. Satu kain ini dijual mulai dari harga 300an ribu sampai 2
jutaan. Cukup mahal memang, namun mengingat bahan, motif, dan waktu
pengerjaannya, harganya cukup masuk akal. Ada ukuran mulai dari
anak-anak sampai dewasa.
Desa
Sukarara juga memproduksi tenun ikat. Bahan tenun ikat sangat
sederhana yakni terbuat dari bahan katun. Waktu produksi tidak
membutuhkan waktu yang lama, cukup satu hari penenun dapat menyelesaikan
tenun ikat sepanjang 3 meter. Harga tenun ikat pun bervariasi
tergantung bahan pewarna kainnya, apabila terbuat dari pewarna kimia
maka dibanderol dari harga Rp.100.000-an, sedangkan kain yang terbuat
dari pewarna alami maka harga dipatok dikisaran Rp.150.000-an.
Untuk
harga tenun songketnya pun bervariasi sesuai dengan ukuran, tingkat
kesulitan, dan bahan baku yang dipakai. Paling murah didapati harga
Rp.50.000 untuk ukuran taplak meja kecil, sedangkan untuk selendang,
syal, dan ikat kepala dapat dibanderol harga sekitar Rp. 100.000. Kain
tenunan yang dikombinasikan dengan benang emas bisa bernilai sekitar
Rp.1,5 jutaan hingga Rp.2,5 jutaan.
Hal yang paling sulit dari menenun kain ini adalah menentukan motifnya di awal, karena yang terlihat mata di alat tenunnya hanyalah benang, benang, dan benang, dan benang lagi tetapi ketika ditenun bisa menjadi kain bermotif dan berwarna-warni. Bukan hal yang gampang tentunya.
sumber: http://www.wisatadilombok.com/2013/05/kain-tenun-songket-sukerare-pakaian.html